Sekargambuh ping catur, (Tembang gambuh keempat) Kang cinatur polah kang kalantur, (Yang dibicarakan tentang perilaku yang kebablasan) Tanpa tutur katula-tula katali, (Tanpa nasihat terjerat penderitaan) Kadaluwarsa kapatuh, (Terlanjur menjadi kebiasaan) Kapatuh pan dadi awon.
Untuklebih jelasnya berikut adalah contoh lirik dari tembang macapat Gambuh yang dikutip dari Baboning Pepak Basa Jawa, Budi Anwari (2020: 185) Sekar gambuh ping catur. Kang cinatur polah kang kalantur. Tanpa tutur katula-tula katali. Kadaluwarsa kapatuh. Kapatuh pan dadi awon.
SekarGambuh Ping Catur | PDF. √ 21+ Contoh Tembang Gambuh serta Pengertian, Sejarah dan Fungsinya. Tembang Gambuh Laras Pelog Pathet Nem - YouTube. Ubahlah lirik lagu gambuh diatas menjadi paragraf narasi (parafrase) dengan menggunakan bahasa jawa Krama! Lirik tembang gambuh | Lirik lagu, Lagu, Lirik
Dinaiki pak guru bakal ngajak bocah - bocah nyinau lan nggoleki pititur luhur saka Tembang Macapat pupuh Gambuh saka Serat Wulangreh ,Kanggo mangerteni isine nasehat saka tembang iku. Materi inti : Tembang gambuh ( buku paket halaman 25 - 30 ) Tuladha ; A.Pada 1. Sekar gambuh ping catur. Kang cinatur polah kang kalantur. Tanpa tutur katula
Beberapakalangan ada yang memaknai kata Gambuh sebagai sebuah kecocokan, sepaham dan sikap bijaksana. Sikap bijaksana berarti dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, sesuai porsinya, dan mampu bersikap adil. Sekar gambuh ping catur, (Tembang gambuh keempat) Kang cinatur polah kang kalantur, (Yang dibicarakan tentang perilaku yang
berapa 0 dari seratus juta sepuluh ribu satu rupiah. Ilustrasi tembang Gambuh, sumber foto macapat merupakan salah satu bentuk seni musik yang ada di Jawa. Macapat merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang mulai kehilangan kejayaannya. Tembang macapat ada 11 judul yang masing-masing memuat pendidikan karakter. Salah satu tembang macapat adalah Gambuh. Berikut adalah contoh tembang macapat Gambuh dan pesan yang disampaikan di Gambuh merupakan bagian dari tembang macapat yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-15. Tembang Gambuh dulunya diperkenalkan melalui teater, dan dipentaskan dengan iring-iringan gamelan. Tembang macapat Gambuh sendiri merupakan salah satu tembang macapat yang memiliki kandungan berbagai ajaran terutama kepada generasi muda khusunya mengenai pengarahan bagaimana menjalin hubungan antara manusia satu dengan yang Tembang Macapat Gambuh Ilustrasi tembang Gambuh, sumber foto lebih jelasnya berikut adalah contoh lirik dari tembang macapat Gambuh yang dikutip dari Baboning Pepak Basa Jawa, Budi Anwari 2020 185Sekar gambuh ping caturKang cinatur polah kang kalanturTanpa tutur katula-tula kataliKadaluwarsa kapatuhKapatuh pan dadi awonWatak GambuhWatak atau nilai-nilai yang bisa kita ambil dari tembang macapat Gambuh yaitu mengenai kekeluargaan dan kebersamaan. Di mana kata Gambuh juga biasa ditafsirkan dengan kata “jumbuh” atau bersatu yang memiliki arti komitmen untuk menyatukan cinta dalam biduk rumah tangga. Dalam kehidupan rumah tangga saling menjaga, melindungi dan mengayomi satu sama lain, agar biduk rumah tangga menjadi harmonis dan selalu dalam pada intinya tembang macapat Gambuh sangat menuju kepada nasehat dan petunjuk-petunjuk yang mengarahkan kepada setiap manusia untuk menuju ke dalam kebaikan dan menjauhi segala Gambuh sering digunakan untuk menyampaikan cerita dan pesan kehidupan yang pada intinya sebagai pedoman membangun rasa persaudaraan, kekeluargaan, dan pembahasan mengenai salah satu tembang macapat yaitu Gambuh yang sarat akan makna dan pelajaran yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, semoga informasi ini bermanfaat untuk kita semua. WWN
PUPUH III G A M B U H 01 Sekar gambuh ping catur, kang cinatur polah kang kalantur, tanpa tutur katula-tula katali, kadaluwarsa kapatuh, katuruh pan dadi awon. Sekar gambuh pola yang keempat, yang menjadi bahan perbincangan adalah perlaku yang tidak teratur, tidak mau mendengar nasihat, semakin lama semakin tak terkendali, hal ini akan berakibat buruk. 02 Aja nganti kabanjur, barang polah ingkang nora jujur, yen kebanjur sayekti kojur tan becik, becik ngupayaa iku, pitutur ingkang sayektos. Jangan sampai kau terlanjur dengan tingkah polah yang tidak jujur, jika sudah telanjur akan mecelakakan, dan hal itu tidak baik. Oleh karena itu, berusahalah ajaran yang sejati. 03 Tutur bener puniku, sayektine apantes tiniru, nadyan metu saking wong sudra papeki, lamun becik nggone muruk, iku pantes sira anggo. Ajaran yang benar itu patut kau ikuti, meskipun berasal dari orang yang rendah derajatnya, namun jika baik dalam mengajarkan, maka ia pantas kau terima. 04 Ana pocapanipun, adiguna adigang adigung, pan adigang kidang adigung pan esthi, adiguna ula iku, telu pisan mati sampyoh. Ada kiasa yang berbunyi adiguna, adigang, adigung, adigang kiasan kijang, adigung kiasan gajah, dan adiguna kiasan ular. Ketiganya mati bersamaan. 05 Si kidang ambegipun, angandelaken kebat lumpatipun, pan si gajah angandelken gung ainggil, ula ngandelaken iku, mandine kalamun nyakot. Tabiat si kijang adalah menyombongkan kecepatannya berlari, si gajah menyombongkan tubuhnya yang tinggi besar, sedangkan si ular menyombongkan bisaya yang ganas bila menggigit. 06 Iku upamanipun, aja ngandelaken sira iku, suteng nata iya sapa kumawani, iku ambeke wong digang, ing wasana dadi asor. Itu semua hanya perumpamaan, janganlah kau menyombongkan diri karena putra raja sehingga merasa tidak mungkin ada yang berani, itu tabiat yang adiganng, ujung-ujungnya merendahkanmu. 07 Adiguna puniku, ngandelaken kapinteranipun, samubarang kabisan dipundheweki, sapa bisa kaya ingsun, togging prana nora enjoh. Watak adiguna adalah menyombongakan kepandaiannya, seluruh kepandaian adalah miliknya. Siapa yang bisa seperti aku, padahal akhirnya tidak sanggup. 08 Ambek adigung iku, angungasaken ing kasuranipun, para tantang candhala anyenyampahi, tinemenan nora pecus, satemah dadi geguyon. Tabiat orang adigung adalah menyombongkan keperkasaan dan keberaniannya, semuanya ditantang berkelahi, bengis, dan suka mencela. Tetapi jika benar-benar dihadapi, ia tak akan melawan, bahkan jadi bahan tertawaan. 09 Ing wong urip puniku, aja nganggo ambek kang tetelu, anganggowa rereh ririh ngati-ati, den kawangwang barang laku, kang waskitha solahing wong. Dalam kehidupan, jangan kau kedepankan tiga tabiat tersebut, berlakulah sabar, cermat, dan hati-hati. Perhatikan segala tingkah laku, waspadai segala perilaku orang lain. 10 Dene tetelu iku, si kidang suka ing panitipun, pan si gajah alena patinireki, si ula ing patinipun, ngandelaken upase mandos. Dari ketiganya itu, si kijang mati karena kegembiraannya, gajah mati karena keteledorannya, sedangkan ular mati karena keganasan bisanya. 11 Tetelu nora patut, yen tiniru mapan dadi luput, titikane wong anom kurang wewadi, bungah akeh wong kang nggunggung, wekasane kajalomprong. Ketiganya tidak patut kau tiru, kalau kau tiru akibatnya akan buruk. Ciri-ciri pemuda adalah tidak dapat menyimpan rahasia , senang bia banyak yang menyanjung yang akhirnya menjerumuskan. 12 Yen wong anom iku, kakehan panggunggung, dadi kumprung, pengung bingung wekasane pan angoling, yen ginunggung muncu-muncu, kaya wudun meh mencothot. Jika pemuda terlalu banyak sanjungan, maka ia menjadi tolol, tuli, dan bingung, akhirnya mudah diombang-ambingkan, jika sedang dimuji, maka monyong seperti bisul yang hampir meletus 13 Dene kang padha nggunggung, pan sepele iku pamrihipun, mung warege wadhuk kalimising lathi, lan telese gondhangipun, reruba alaning uwong. Adapun yang senang menyanjung sangat sederhana keinginannya, yaitu kenyang perut, basah lidah dan tenggorokan dengan menjual keburukan orang lain. 14 Amrih pareke iku, yen wus kanggep nuli gawe umuk, pan wong akeh sayektine padha wedi, tan wurung tanpa pisungsung, adol sanggup sakehing wong. Supaya dekat dengan atasan. Jika sudah terpakai kemudian membuat ulah dengan membuat orag menjadi takut sehingga ia menerima upeti dari hasil menjual kemampuan orang lain. 15 Yen wong mangkono iku, nora pantes cedhak lan wong agung, nora wurung anuntun panggawe juti, nanging ana pantesipun, wong mangkono didhedheplok. Orang seperti itu tidak pantas untuk berdekata dengan pembesar karena dapat mendorong untuk berbuat jahat. Meskipun begitu tetap ada kepantasannya, yaitu ditumbuk. 16 Aja kakehan sanggup, durung weruh tuture agupruk, tutur nempil panganggepe wruh pribadi, pangrasane keh kang nggunggung, kang wus weruh amalengos. Jangan terlalu merasa tahu banyak. Belum melihat dengan mata kepala sendiri tetapi banyak berbicara, bahkan hanya dengan mendengar seolah-olah mengetahui sendiri. Dikiranya banyak yang menyanjung, padahal yang mengetahuinya akan memalingkan muka. 17 Aja nganggo sireku, kalakuwan kang mangkono iku, nora wurung cinirenen den titeni, mring pawong sanak sadulur, nora nana kang pitados. Oleh karena itu, Nak. Jangan kau bersikap seperti itu karena pasti akan mencadi catatan dalam hati sanak saudara. Mereka tidak akan percaya lagi kepadamu. Sumber
sekar gambuh ping catur lirik